Rabu, 21 April 2010

Menjual Tayub Grobogan * Oleh Manaf Maulana

Buzz this!

KESENIAN tayub dari Grobogan bakal dipentaskan di Eropa berkaitan dengan kampanye Visit Indonesia Year (VIY) 2008.
Demikian berita kecil yang pernah dimuat sejumlah koran dan sekarang menjadi gunjingan di tengah masyarakat Kabupaten Grobogan. Banyak pihak gembira mendengarnya. Ternyata pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan punya kepedulian terhadap pesona kesenian tradisional milik rakyatnya.

Pada saat ini, di sejumlah daerah memang sedang berkembang wacana untuk mengangkat produk-produk kesenian tradisional yang terancam punah, padahal memiliki estetika khas yang nota bene merupakan produk kearifan lokal.

Hal itu harus didukung oleh semua pihak, karena berkait dengan upaya membendung arus budaya global yang cenderung memarjinalkan budaya lokal.

Pantas diingat, hampir semua kabupaten di Jawa Tengah memiliki kesenian tradisional khas daerah masing-masing yang kini nyaris punah atau dalam kondisi ìhidup segan mati tak mauî. Hal itu disebabkan oleh kekurangpedulian pemerintah daerah. Padahal, setiap daerah punya kantor dinas pariwisata dan kebudayaan (Disparbud) yang aktif sepanjang tahun.

Harus diakui, banyak kantor Disparbud di Jawa Tengah yang hanya sibuk mengelola aset-aset wisata masif milik daerah saja. Adapun nasib seni dan seniman tradisional yang nota bene aset wisata aktif dibiarkan hidup bagai sebatang kara. Banyak seni dan seniman tradisional di daerah tidak mendapat fasilitas yang proporsional di daerahnya sendiri. Bahkan juga tidak pernah mendapat bantuan dana yang memadai untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional.

Padahal, kesenian tradisional khas milik daerah seperti Tayub Grobogan layak dianggap sebagai aset mahal yang terlalu sayang untuk disia-siakan. Setiap kesenian khas daerah memiliki pesona yang dapat dijual kepada publik luas di ranah global. Faktanya, masyarakat internasional tertarik untuk berkunjung di Tanah Air karena ingin menikmati keindahan kesenian-kesenian khas daerah dan alam Indonesia.

Festival Rutin

Setelah Tayub Grobogan dipentaskan di Eropa bersama kesenian-kesenian daerah lainnya, selayaknya Pemkab Grobogan segera menyusun agenda pengembangan seni budaya lokal dengan serius.

Untuk itu, ada sejumlah langkah yang layak diprioritaskan. Misalnya, Pemkab perlu segera mencanangkan agenda rutin seperti festival kesenian rakyat. Hal itu harus didukung oleh semua pihak. Dengan demikian, anggaran yang dibutuhkan harus diplot secara proporsional.

Kalau anggaran untuk sepak bola daerah saja cukup besar, jangan sampai anggaran untuk menggelar festival kesenian daerah sangat kecil. Agar festival kesenian daerah bisa bergaung luas, semua lembaga pendidikan di Grobogan harus dilibatkan secara aktif. Konkretnya, festival kesenian daerah bisa mirip porseni (pekan olahraga dan kesenian) tingkat SD, SLTP, dan SLTA.
Pada saat ini, festival kesenian daerah bisa digelar dengan dukungan pihak swasta sebagai sponsornya.

Banyak perusahaan besar di luar Grobogan yang bisa\ digaet untuk menjadi sponsor. Misalnya sejumlah perusahaan rokok yang selama ini sudah sering berkiprah menjadi sponsor acara road show konser musik di Grobogan, tentu bersedia diajak bekerja sama untuk mendukung festival kesenian daerah yang nota bene sangat bagus untuk ajang promosi produk-produknya.

Dengan adanya festival kesenian rutin, kalangan seniman daerah juga akan tertantang untuk terus berkreasi. Selain itu, generasi muda yang berminat menekuni kesenian juga akan lebih serius menjalani proses kreatifnya.

Gedung dan Dewan

Pemkab Grobogan juga harus segera mencanangkan pembangunan gedung kesenian daerah yang representatif. Jika stadion sepak bola bisa dibangun dengan menelan banyak dana, maka Pemkab Grobogan selayaknya juga mampu membangun gedung kesenian daerah yang bisa menjadi kebanggaan masyarakatnya.

Dengan adanya gedung kesenian daerah yang representatif, para seniman tentu akan lebih serius dan bersemangat mengembangkan kreativitas dan produktivitasnya. Untuk itu, gedung kesenian juga layak dilengkapi dengan studio atau bengkel seni. Misalnya, selain tersedia tempat untuk menggelar seni tradisional, juga tersedia alat-alat dan sarana untuk penciptaan karya-karya baru.

Pembangunan gedung kesenian di Grobogan tentu tidak akan mubazir, jika agenda festival kesenian daerah sudah dapat digelar  rutin. Berkaitan dengan hal itu, dewan kesenian daerah (DKD) layak diaktifkan secara optimal dengan dukungan anggaran resmi yang memadai.

Faktanya, pejabat daerah hanya suka memanfaatkan seni dan seniman daerah untuk kepentingan politik sesaat saja. Misalnya, pejabat-pejabat yang nota bene elite partai di daerah hanya bersedia menggaet seniman daerah untuk kampanye pemilu dan pilkada saja. Setelah pemilu dan pilkada, tidak ada lagi pejabat daerah yang peduli terhadap nasib seni dan seniman setempat.
Pesona Investor

Adanya festival kesenian rutin dan gedung kesenian daerah yang representatif, serta terjalinnya hubungan yang baik antara pemerintah dan para seniman, membuat pesona Grobogan bisa menarik investor dan kaum wisatawan. Yang dimaksud dengan pesona Grobogan adalah seni tayub dan keunikan Bleduk Kuwu. Selama ini, pesona Grobogan tersebut ibarat intan yang belum digosok. Maka, Pemkab Grobogan tidak perlu ragu-ragu lagi untuk menggosoknya dengan serius sampai benar-benar cemerlang dan ìlayak jualî.

Karena letak geografisnya yang berada di antara Cepu (Blora) dan Semarang, pesona Grobogan tersebut sangat mungkin akan cepat populer di ranah global setelah banyak orang asing terlibat aktivitas pengeboran minyak di Blok Cepu dan proyek pembangunan jalan tol SemarangñBlora sudah terwujud.(68)

–  Manaf Maulana, direktur Global Data Reform dan pemerhati sosial budaya. 

Anda Sudah Baca Yang Ini? :

0 comments:

Klik Here To Show All Comment


Posting Komentar

newer page older page home
top